Film 'Batman: The Dark Knight' Merespon Zaman

'You either die a hero or live long enough to see yourself become the villain.' – (Aaron Eckhart, Harvey Dent)
Photo by LinedPhoto on Unsplash

Gotham, adalah sebuah kota yang di dalamnya penuh kekacauan. Pemerintah yang korup, polisi yang tebang pilih menegakkan keadilan, lembaga negara seperti kejaksaan yang tidak dapat dipercaya, hingga preman jalanan sampai gangster yang merajalela. Keadaan ini sudah jauh berbeda sejak kehadiran Batman (Christian Bale); bersama rekan lamanya Jim Gordon (Gary Oldman), Batman secara gelap-gelapan membasmi kegiatan bisnis terlarang dari para mafia yang ada di Gotham. Batman adalah sebuah harapan yang muncul ditengah carut-marutnya Kota Gotham, para bandit sekarang lebih berhati-hati bahkan takut akan hadirnya sosok Bruce Wayne bertopeng ini. Film The Dark Knight juga memperkenalkan satu lagi sosok yang dekat dengan keadilan itu sendiri, dia adalah seorang District Attorney yang kalimatnya Saya kutip di atas, Harvey Dent. Berbeda dengan Batman yang membela keadilan secara gelap-gelapan, Harvey Dent adalah seorang pembela keadilan yang berdiri tegak secara terang-terangan melalui sistem peradilan itu sendiri. Melihat sepak terjang Harvey, bahkan Bruce Wayne sendiri menyatakan dukungannya kepada Harvey. Bahkan ia merasa Gotham memerlukan seorang pahlawan sejati seperti Harvey, bukan seorang vigilante seperti Batman.

Akan cukup mudah ditelusuri jika kejahatan yang terjadi adalah sebuah kejahatan terencana dan memiliki motif tertentu, namun bagaimana jika kejahatan yang ada adalah sebuah kekacauan tanpa bentuk yang tidak jelas apa rencananya. Seperti yang Joker (Heath Ledger) katakan, 'Do I really look like a guy with a plan? You know what I am? I'm a dog chasing cars. I wouldn't know what to do with one if I caught it! You know, I just... do things.’ ya itulah sosok Joker, villain utama dalam film ini yang mana dia bukanlah subjek yang punya modus untuk berbuat kekacauan, dialah kekacauan itu sendiri. Dengan caranya yang brilian, dia buat kekacauan tidak hanya di Kota Gotham, namun juga kekacauan dalam diri seorang Harvey Dent misalnya. Transformasi Harvey Dent menjadi Two-Face adalah nyawa sesungguhnya film ini. Bagaimana seorang pembela keadilan yang hidup di dalam sistem dan memiliki hati yang bersih dapat diputarbalikkan hatinya oleh seorang Joker. Alasannya? Joker sendiri yang lagi-lagi bilang 'I am man who want to watch this world burn'. Dia cuma mau liat Gotham berantakan.

Photo by Dawn Armfield on Unsplash

Tidak banyak film yang akan terus kita bicarakan sepanjang zaman, The Dark Knight salah satunya. Merespons zaman dan keadaan yang ada saat ini tampaknya pas jika kita memikirkan sedikit kondisi negara saat ini yang mana begitu banyak pejuang-pejuang suara rakyat yang begitu masuk dan tahu seluk beluk sistem yang ada, seakan diam dan menjadi villain untuk negaranya sendiri.

'Lah, kamu ini sok tau Sep!' Kata Otong kepada Asep begitu mendengar cerita panjang lebar Asep tentang film The Dark Knight yang baru diunduhnya dari portal film bajakan tersebut.

'Memang siapa sih Joker, Harvey Dent, atau bahkan Batman yang kamu andai-andaikan ada di Negara ini?' lanjut Otong.

'Nggak ngerti aku juga. Tapi yang jelas kalo Joker masih pake riasan karena mungkin dia malu sama kelakuannya, tapi kebanyakan pembuat kekacauan sekarang kan lebih narsis menunjukkan dirinya tanpa riasan seolah dia paling benar.'

'Lah emang Kamu yakin yang ngerasa paling benar itu sebenarnya lagi berbuat salah?'

"Halah sakit kamu Tong!'

'Lah kita kan memang sakit, makanya kita di Rumah Sakit Jiwa.'

Comments