Seorang Perempuan yang Mencintai Patung

‘Aku mencintai Kamu hingga kapanpun. Bahkan hingga Kamu tak mampu mencintai Aku lagi.’

***

Cinta bisa banyak bentuknya. Cinta bisa terjadi kepada siapapun. Sudah banyak lagu yang bersenandung tentang cinta. Sudah banyak tulisan yang bertutur tentang cinta. Ada tulisan yang bertutur tentang cinta antara laki-laki dan perempuan, ada tulisan yang bertutur antara cinta antara perempuan dan perempuan, ada yang bertutur cinta  antara laki-laki dan laki-laki, ada yang bertutur cinta antara suami dan istri, atau ada juga yang bertutur cinta antara suami orang dengan istri orang. Ya, begitulah. Cinta banyak bentuk, rupa, dan rasanya. Termasuk tulisan kali ini. Sebuah cerita tentang seorang perempuan yang mencintai patung dan hidup bersamanya.

‘Aku mencintai Kamu hingga kapanpun. Bahkan hingga Kamu tak mampu mencintai Aku lagi.’

Sheila adalah seorang wanita biasa. Satu hal yang tidak biasa dari dirinya adalah kenyataan bahwa ia teramat mencintai sebuah patung. Mencintai disini bukan dalam artian mengagumi sebagaimana seseorang biasanya mengagumi sebuah karya seni. Mencintai disini dalam arti mengasihi seperti seseorang yang begitu mengasihi seorang kekasih. Tinggal di sebuah rumah yang nyaman dan hidup sebagai seorang penulis ibukota yang sukses, tidak juga membuat dia melirik pria-pria mapan dan tampan ibukota, ia begitu mencintai patung yang dia simpan di rumah dan senantiasa menemaninya menulis. Bukan, bukan berarti Sheila adalah perempuan yang tidak laku karena bertampang jelek. Bahkan tidak sedikit laki-laki yang sudah beristri mencoba mendekati dan merayu untuk bisa tidur dengan Sheila.

Sheila adalah gambaran yang tepat untuk menggambarkan tipikal gadis ibukota. Berkulit putih terawat dengan rambut yang tidak terlalu panjang dan tidak juga terlalu pendek menambah kesan khas berkarakter yang ada dalam diri Sheila dan dalam setiap tulisannya. Tulisan yang sebagian besar bercerita tentang cinta dan hidup seorang detektif yang ia beri nama Joni.

Satu hal yang paling penting bagi Sheila selain menghidupi dirinya sendiri adalah membiayai kuliah adiknya yang saat ini masih tinggal bersama kedua orang tua mereka. Hidup tidaklah mudah bagi Sheila, meskipun banyak pria-pria beristri yang menawarkan untuk hidup enak dan mudah, Sheila dengan senyum manis namun sinis di belakang selalu menolak tawaran itu.

Cinta adalah bagian lain dari diri Sheila. Bukan, bukan berarti cinta adalah hal yang tidak penting. Namun bagi Sheila, cinta itu bagiannya berbeda, cinta bisa jadi dibawah bisa jadi diatas dalam skala prioritas, namun satu yang pasti saat kita mencintai juga dicintai segala yang kita kerjakan selalu berhasil baik. Cinta dengan segala hal didalamnya mempengaruhi hidup manusia bagai sebuah magis. Bahkan seorang yang atheis pun akan masuk surga saat dia tahu dia hidup dalam agama cinta.

Saat kita masih Sekolah Dasar, cinta bisa sesederhana Aku sayang sama Kamu, Kamu sayang nggak sama Aku?

‘Eh… emm gimana yah ngomognya.’

‘Apaan emang?’

‘Gini deh, emm… tadi Aku diem-diem masukin surat ke buku catatan Kamu. Sudah baca belum?’

‘Sudah. Tapi kemarin waktu pulang sekolah Aku langsung pergi gitu jadi nggak sempet mikirin banget.’

‘Oh gitu. Jadi gimana?’

‘Gimana apanya?’

‘Kamu udah punya pacar belum?’

‘Belum.’

‘Kita pacaran, yuk.’

‘Lah, kan kita belum kenalan. Kok bisa tiba-tiba mau ngajak pacaran?’

‘Ya nggak tau juga kenapa. Aku suka Kamu. Kamu suka Aku nggak?’

***

Saat sekolah menengah, obrolan tentang cinta sudah mulai terlihat agak serius. Walaupun kadang cinta di tingkat ini diselingi dengan pikiran, kendaraan apa yang Kamu bawa buat antar-jemput aku.

‘Eh, gimana? Nanti pulang sekolah Aku anter pulang ya.’

‘Oke deh, sayang.’

‘Eh, gimana tadi di kelas hari ini?’

‘Seru dong, tadi waktu aku di kelas tiba-tiba Bu Marni ngasih tugas praktik gitu. Minggu ini temenin aku ke pasar yuk nyari-nyari bahannya.’

‘Oke, sayang. Kita naik motor aja ya. Soalnya minggu kan macet banget.’

‘Oh gitu. Oh kalo nggak aku sama mama aku aja deh nggak apa-apa kok.’

***

Saat kuliah semua berbeda. Obrolan tentang cinta mulai serius. Namun tidak jarang kita ada di tempat yang salah. 

‘Eh, nanti Kamu temenin Aku belanja yuk.’

‘Yuk, eh tapi Aku bawa motor aja ya, soalnya jam-jam sore kan rame banget.’

‘Oiya, nggak apa-apa kali. Asal jangan bawa-bawa perasaan lebih aja. Inget, Aku kan pacaran sama sahabat Kamu.’

‘……’

***

Cinta dengan segala bentuk dan kelucuannya kadang menjadi cerita tersendiri bagi seorang manusia. Kadang diceritakan dalam bentuk sebuah tulisan, namun kadang tersimpan rapi dalam hati atau dalam buku diary. Bagi Sheila, cinta tidak harus selalu diceritakan namun kadang ada waktunya untuk kita berhenti sejenak dan memikirkan apa yang telah cinta ajarkan kepada kita. Seberapa besar utang rasa yang kita miliki untuk orang-orang yang pernah hadir dan memberi warna di sudut kecil hati kita yang diberi nama cinta. Beberapa orang memutuskan untuk melupakan dan tidak mau ingat apa-apa lagi saat cinta itu mengkhianati mereka, beberapa lainnya memutuskan untuk belajar dari cinta.

‘Aku mencintai Kamu hingga kapanpun. Bahkan hingga Kamu tak mampu mencintai Aku lagi…’ kalimat tersebut terhenti saat bibir lembut Sheila mencium bibir kekasihnya yang mulai terlihat membiru karena tidak sanggup lagi menahan tumor yang menggerogoti batang otaknya. Masih dengan air mata yang berurai dengan perlahan Sheila mengoleskan bubuk gypsum yang telah dicampur dengan bahan lainnya ke badan kekasihnya.

Comments